Pesona Papua
Wisatawan mancanegara mengenal Papua karena memang banyak sekali keunikannya yang mendunia.
Jika dilihat dari sejarah, letak geografis, maupun keunikan suku, serta kekayaan sumber daya alamnya, Papua memang layak jadi destinasi utama untuk ditulis dalam daftar itinerary wisata Indonesia.
Kekayaan bumi Papua baik berupa kandungan mineral ataupun pesona kecantikan alamnya memang sangat melimpah.
Keaneka ragaman budaya, maupun keunikan flora dan faunanya, membuat tak ada alasan bagi traveller untuk tidak mengunjungi Papua.
Pulau paling timur yang merupakan pulau terluas di Indonesia ini memiliki luas 420.540 km atau empat kali luas pulau Jawa.
Hutan tropis yang masih banyak dijumpai di pulau ini membuat suhu udara di Papua rata-rata 19 hingga 28 derajat.
Secara umum, masyarakat dunia mengenal Papua karena terdapat tambang emas terbesar di Tembagapura yang di kelola oleh PT Freeport.
Hal lain yang terlebih dulu mendunia adalah destinasi wisata Kepulauan Raja Ampat. Kepulauan ini sangat populer di kalangan para pelancong mancanegara karena keindahan bawah lautnya. Bahkan menurut beberapa penyelam Raja Ampat adalah salah satu tempat menyelam terbaik di dunia.
Selain dua hal diatas, Papua tentunya masih memiliki sederet hal yang unik sangat menarik untuk ditelusuri. Dikutip dari berbagai sumber, inilah beberapa hal menarik dari Papua.
1. Salju Abadi
Papua adalah satu-satunya daerah bersalju di Indonesia. Di puncak Gunung Jayawijaya terdapat salju abadi. Fenomena ni disebabkan oleh ketinggian puncak yang tergolong ekstrem yakni hingga 4.884 mdpl. Dengan ketinggian puncak yang demikian itu membuat suhu di sana sangat dingin. Bahkan setiap ketinggian 100 meter temperatur akan turun 1 derajat.
2. Banyak Bahasa
Di Papua terdapat 268 bahasa.
Banyaknya bahasa daerah di Papua dikarenakan adanya kolonialisme, interaksi dengan suku lain di sekitar maupun antar sesama orang Papua, serta kegiatan lainnya.
Bahasa dengan penutur terbanyak yang di gunakan di Papua antara lain Bahasa Abinomn, Bahasa Asmat, Bahasa Baham, Bahasa Citak, Bahasa Dani, dan Bahasa Mekwei.
3. Noken
Noken adalah tas tradisional Papua yang berbahan serat kulit kayu dan dibuat dengan sistem tenun atau rajut. Uniknya, tidak seperti tas pada umumnya yang ditenteng, dijinjing, atau disampirkan dipundak, Noken dibawa dengan kepala. Karena keunikannya itu, Noken dinobatkan sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia oleh UNESCO pada 4 Desember 2012.
4. Budaya tato suku Sentani, Moi, dan Waropen
Masyarakat ketiga suku ini sudah mengenal tato sejak masa prasejarah atau sekitar 3.000 tahun yang lalu. Budaya tato dibawa oleh orang Austronesia dari Asia yang bermigrasi ke Papua ribuan tahun silam.
Bahan pembuat tato terdiri dari arang hasil pembakaran kayu dicampur dengan getah pohon. Kemudian duri sagu atau tulang ikan yang berfungsi sebagai jarum pena dicelup ke dalam campuran tersebut.
Pembuatan tato di ketiga suku ini bertujuan untuk hiasan tubuh yang menunjukkan kejantanan atau kecantikan. Tato juga digunakan sebagai simbol kekuasaan, atau status sosial seseorang.
5. Hewan Endemik
Seekor hewan dapat disebut endemik jika ia tidak ditemukan di daerah lain. Papua adalah salah satu tempat asal berbagai hewan endemik di dunia .
Beberapa hewan endemik itu adalah burung cendrawasih, burung beo sayap hitam, hiu karpet berbintik, kanguru pohon mantel emas, serta burung kasuari.
6. Wisata Kuliner
Tidak seperti di daerah Indonesia pada umumnya yang menjadikan nasi sebagai makanan pokok, sehari-hari masyarakat Papua mengonsumsi sagu. Salah satu olahan dari sagu yang terkenal adalah Papeda.
Papeda merupakan berupa bubur sagu dengan tekstur lengket yang biasanya disajikan dengan ikan tongkol atau mubara yang dilengkapi kuah berbumbu kunyit.
Selain Papeda, olahan sagu yang biasa dimakan di Papua adalah sagu bakar, sagu lempeng, dan sagu bola.
7. Menginang
Makan Pinang awalnya identik dengan kehidupan para orang tua di Papua. Namun, belakangan ini pinang mulai populer di kalangan anak muda.
Jika kamu sedang healing di Papua, biar tidak penasaran, kamu boleh untuk menjajal buah pengganti rokok ini.
Tradisi menginang, atau menikmati pinang di Papua sudah berjalan turun-temurun sejak berabad-abad yang lalu. Tidak hanya menjaga kesehatan gusi dan gigi, pinang dan sirih juga menjadi lambang keakraban dan persaudaraan bagi warga Papua.
Tidak heran jika ada perhelatan besar, seperti pernikahan atau kematian, pinang menjadi suguhan yang wajib disediakan oleh si empunya acara.
Lebih dari itu, mengunyah pinang bagi masyarakat Papua adalah sebuah simbol dan bukti kecintaan terhadap tanah Papua. Jadi, jika Sobat Pesona berlibur ke Papua, jangan lewatkan pengalaman mengunyah pinang.
Orang yang Mengunyah Pinang dan Sirih biasanya akan membuang ludah hasil kunyahan pertama hingga ketiga. Menurut masyarakat Papua, jika air liur dari kunyahan pertama kali ditelan akan mengakibatkan si pengunyah pusing dan muntah.
Setelah tiga kali mengunyah, barulah daging pinang berikutnya dicocol ke kapur sirih dan kemudian dikunyah kembali.
Cara makan pinang khas Papua ini dipercaya lebih bersahabat bagi kita yang kebanyakan belum pernah menginang. Sensasi segar dan manis akan membuncah di mulut. Bahkan kadang membuat kita ingin menjajalnya lagi dan lagi.
Artikel menarik lainnya:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak, berkomentar, saran atau kritik.